ProfilGus Baha atau pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim. Nama Gus Baha sering muncul di sosial media amaupun X-vid. Gus Baha adalah santri kesayangan almarhum ulama kharismatik, Syaikhina KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen pengasuh Ponpes Al Anwar Sarang Rembang. Gus Baha merupakan anak dari almarhumah Hj Yuchanidz Nursalim. Gus Baha adalah ulama penghafal Al Quran 30 juz.
MenorehkanSejarah Alumni Gontor, Reuni Lapinggo 82 Dihadiri Langsung 3 Kyai Pimpinan Gontor. Kata Indonesia - Sunday, 16 January 2022 Whatsapp Facebook Twitter. Eksis terus menjalin silaturrahmi tanpa mengenal umur terus dijaga oleh Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 1982 yang menyebut diri mereka Generasi Lapinggo.
3 Kata-Kata untuk Santri dari Kiai Tolchah. Ilustrasi (credit: Freepik) Dan yang terakhir yaitu ada kata-kata untuk santri dari KH Kiai Tolchah. KH Tolchah Hasan merupakan tokoh yang berkiprah dalam banyak hal untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian, tampaknya peran dalam bidang pendidikan (tarbiyah) adalah yang paling menonjol.
Merekabegitu dikenal karena semasa hidup selalu menebar kebaikan Anda telah mengunjungi halaman Video Pengajian Kyai Kera Sakti - (1:43:18) Kunjungi terus blog ini untuk mendapatkan update terbaru Keluarkanlah seluruh kata-kata yang dianggap tabu .
. Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, adalah nama besar di dalam dunia pendidikan Indonesia. Berdiri sejak 1926, keberadaan Gontor tak bisa dilepaskan dari salah satu pendirinya, Imam Zarkasyi 1901-1985 Buku yang berisi kumpulan prinsip hidup ini tak ubahnya seperti kompas rujukan arah yang selalu dipegang oleh para santri Gontor dan alumni-alumninya. Sebuah “rahasia sukses” di balik pendidikan Gontor melahirkan alumni-alumninya yang berhasil di berbagai bidang. Dikutip dan dijelaskan ulang oleh anak bungsunya sendiri, M. Ridlo Zarkasyi, buku ini wajib dibaca tidak saja oleh para santri, pelajar, dan calon entrepreneur, tapi juga oleh para guru dan orangtua sebagai nasihat untuk anaknya.
Muslim Obsession – Bangsa Indonesia pernah mencatat sejarah kelam, yaitu ketika Partai Komunis Indonesia melancarkan aksinya memburu serta membunuh para jenderal dan ulama. PKI membabi-buta berupaya menghabisi orang-orang yang dekat dengan Islam, termasuk para pengasuh pondok pesantren. Seorang antropolog Amerika bernama Robert Jay yang mulai tahun 1953 turun ke Jawa Tengah menggambarkan kekejaman PKI. Robert antara lain mengungkapkan bahwa PKI menggunakan kekuatan untuk melenyapkan bukan saja para pejabat pemerintah pusat, tapi juga penduduk biasa yang merasa dendam. Mereka itu terutama ulama-ulama tradisionalis, santri dan lain-lain yang dikenal karena kesalihan mereka kepada Islam. “Mereka ini ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang, kadang-kadang ketiga-tiganya sekaligus. Masjid dan madrasah dibakar, rumah-rumah pemeluknya dirampok dan dirusak,” terangnya. Keganasan PKI juga merembet ke Ponorogo. Di Pondok Gontor, mereka memburu pimpinan KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi untuk dibunuh. Ahmad Ghozali Fadli, Wasekjen Forum Muballigh Alumni FMA Gontor dan Pelayan Pesantren Alam Bumi Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang, menuliskan kembali kisah menegangkan pengrusakan Pondok Gontor dan upaya pembunuhan para kiai oleh para aktivis PKI. “Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,” inilah yel-yel yang diteriakkan Partai Komunis Indonesia PKI Madiun pada tahun 1948. Sejak 18 September 1948, Muso memproklamirkan negara Soviet Indonesia di Madiun. Otomatis, Magetan, Ponorogo, Pacitan menjadi sasaran berikutnya. Kyai di Pondok Takeran Magetan sudah dihabisi oleh PKI. Sekitar 168 orang tewas dikubur hidup-hidup. Kemudian PKI geser ke Ponorogo. Dengan sasaran Pondok Modern Darussalam Gontor. KH. Imam Zarkasyi Pak Zar dan KH Ahmad Sahal Pak Sahal dibantu kakak tertua beliau berdua, KH Rahmat Soekarto yang saat itu menjabat sebagai Lurah desa Gontor, pun berembug bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok. “Wis Pak Sahal, penjenengan ae sing Budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek dkenali PKI aku iki. Sudah Pak Sahal, Anda saja yang berangkat mengungsi dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya Anda. Biar saya yang menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini,” kata Pak Zar. Pak Sahal pun menjawab “Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih enom, ilmu-mu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo Zar, njajal awak mendahno lek mati”. Tidak, bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar. Kamu lebih muda, ilmumu lebih banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua, biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo Zar, mencoba badan, walau sampai mati”. Akhirnya, diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri. Penjagaan pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto. Berangkatlah rombongan pondok Gontor kearah timur menuju Gua Kusumo, saat ini dikenal dengan Gua Sahal di Trenggalek. Mereka menempuh jalur utara melewati gunung Bayangkaki. Pak Sahal pun berujar, “Labuh bondo, labuh bahu, labuh pikir, lek perlu sakyawane pisan,” Korban harta, korban tenaga, korban pikiran, jika perlu nyawa sekalian akan aku berikan”. Sehari setelah santri-santri mengungsi, akhirnya para PKI betul-betul datang. Mereka langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh pondok Gontor. Tepat pukul WIB, PKI mulai menyerang pondok. Senjata ditembakkan. Mereka sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam pondok. Setelah tak ada reaksi, mereka berkesimpulan bahwa pondok Gontor sudah dijadikan markas tentara. Pukul WIB, mereka akhirnya menyerbu ke dalam pondok dari arah timur, kemudian disusul rombongan dari arah utara. Tak lama kemudian datang lagi rombongan penyerang dari arah barat. Jumlah waktu itu ditaksir sekitar 400 orang. Dengan mengendarai kuda pimpinan tentara PKI berhenti didepan rumah pendopo lurah KH. Rahmat Soekarto. Mengetahui kedatangan tamu, lurah Rahmat menyambut tamunya dengan ramah, serta menanyakan maksud dan tujuan mereka. Tanpa turun dari kuda, pimpinan PKI ini langsung mencecar lurah Rahmat. Kemudian mereka meninggalkan rumah lurah Rahmat, nekat masuk tempat tinggal santri, lalu berteriak-teriak mencari kyai Gontor. “Endi kyai-ne, endi kyai-ne? Kon ngadepi PKI kene…” Mana Kyainya, mana kyainya? Suruh menghadapi PKI sini…. Karena tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren. Gubuk-gubuk asrama santri yang terbuat dari gedeg bambu dirusak. Buku-buku santri dibakar habis. Peci, baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama. Mereka menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab dan buku-buku. Termasuk beberapa kitab suci Al-Qur’an mereka injak dan bakar. Akhirnya, PKI pun kembali kerumah lurah Rahmat, lalu berusaha masuk ke rumah untuk membunuh KH. Rahmat Soekarto. Mereka sambil teriak, “Endi lurahe? Gelem melu PKI po ra? Lek ra gelem, dibeleh sisan neng kene…!” Mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau tidak mau masuk anggota PKI, kita sembelih sekalian di sini. Namun, tak berapa lama sebelum mereka bisa masuk kerumah lurah Rahmat. Datanglah laskar Hizbullah dan pasukan Siliwangi. Pasukan itu dipimpin KH. Yusuf Hasyim, putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari. Pasukan PKI itu akhirnya lari tunggang langgang, karena serbuan itu. Membiarkan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam keadaan porak poranda. Semoga sejarah ini menjadi pengingat dan pelajaran berharga untuk perjuangan mempertahankan Islam, Pesantren, Bangsa dan Negara.
Kh. Hasan Abdullah Sahal Beliau adalah pimpinan pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, seseorang yang banyak memberikan berbagai teladan, inspirasi dan motivasi kepada santri-santrinya. Beliau adalah putera keenam dari Kh. Ahmad Sahal. Banyak kata-kata mutiara yang beliau psampaikan untuk membangkitkan jiwa semangat, perjuangan, dan keikhlasan para pemuda, selain itu pula banyak nilai dan filsafat yang beliau sampaikan tentang pengajaran dan pendidikan yang dapat kita amalkan. Menjadi baik jangan menunggu, mengajak atau diajak, pahala terbuka untuk semua disetiap waktu dan tempat. Jadilah kau terbaik, berbuat terbaik dan akhirnya mendapatkan hasil yang terbaik. Kh. Hasan Abdullah Sahal Manusia itu punya DIRI, punya JATI DIRI, dengan jati diri ia MEMBINA DIRI, karena membina diri ia jadi punya HARGA DIRI, sadar punya harga diri seharusnya ia TAHU DIRI, tapi terkadang ia tak tahu diri, lalu buru-buru UNJUK DIRI, kecewa ternyata unjuk diri membuatnya LUPA DIRI, dan tidak sedikit yang akhirnya BUNUH DIRI. Kh. Hasan Abdullah Sahal Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya, lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya tidak usah mati. Hanya nambah jatah beras saja. Kh. Hasan Abdullah Sahal Banyak orang yang berpikir bagaimana mencari hidup yang baik, tapi mereka lupa bagaimana mencari mati yang baik. Kh. Hasan Abdullah Sahal Lebih baik kita merangkak tapi jalan kedepan, daripada kita berlari tapi diam ditempat. Kh. Hasan Abdullah Sahal Kita harus berani menyatakan kebenaran, bukan membenarkan kenyataan. Kh. Hasan Abdullah Sahal Anak-anakku! berhati-hatilah! Waspadalah! Orang yang tidak punya harta, akan mencari harta. Orang yang tidak punya muka akan mencari muka. Kalau kekuasaanmu berpotensi untuk membuatmu berbuat dzholim, ingatlah! kekuasaan dan kemampuan Allah. KuasaNya melebihi segala yang kamu kuasai. Kh. Hasan Abdullah Sahal Lebih baik kamu menangis karena berpisah sementara dengan anakmu yang menuntut ilmu agama, daripada kalau kamu sudah tua nanti menangis karena anak-anak kamu lalai dalam urusan akhirat. Kh. Hasan Abdullah Sahal Ketika melihat murid-murid menjengkelkan dan melelahkan, maka hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari tangan mereka, kelak akan menarik tangan kita menuju surga. Selamat berjuang, wahai guru! Kh. Hasan Abdullah SahalLebih baik kita memiliki pekerjaan yang banyak sampai ada yang tidak dapat kita kerjakan, daripada kita tidak memiliki pekerjaan sehingga mencari-cari pekerjaan. Kh. Hasan Abdullah Sahal Anak-anak yang baru masuk Gontor banyak yang masih kecil fisiknya tetapi Insya Allah besar jiwanya, tinggi semangatnya, kuat niatnya, suci hatinya, luhur cita-citanya, tidak kalah dengan yang besar-besar fisiknya. Kh. Hasan Abdullah SahalBergerak tepat waktu, diam tepat waktu. Mulai pada waktunya, selesai pada waktunya. Kh. Hasan Abdullah SahalSeharusnya pemimpin itu mau dan mampu menyelesaikan masalah, bukan pintar mengajar dan mengoreksi seperti pengajar disekolah. Kh. Hasan Abdullah SahalYang jauh itu WAKTU, yang dekat itu KEMATIAN, yang besar itu NAFSU, yang berat itu MEMIKUL AMANAT, yang mudah itu BERBUAT DOSA, yang panjang itu AMAL SHOLEH adapun yang indah itu SALING MEMAAFKAN. Kh. Hasan Abdullah SahalBanyak orang bertitle tetapi tidak berkualitas, dan banyak orang berkualitas walaupun tidak bertitle. Maka, jadilah orang yang bertitle dan berkualitas. Kh. Hasan Abdullah SahalMemberikan sedeqah disaat lapang itu biasa, tapi memberikan sedeqah saat sulit itu bagus, dan mulia. Maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan. Kh. Hasan Abdullah SahalAlhamdulillah, dengan beberapa motivasi beliau kita dapat menambah semangat perjuangan dijalan Allah SWT, silahkan dicomment bagi teman-teman Alumni Gontor atau siapapun yang masih menyimpan kata-kata mutiara beliau, dan share apabila bermanfaat dalam pengabdian umat. Jazakallahu Khairan
JAKARTA — Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Hasan Abdullah Sahal memberikan tiga nasihat kepada ratusan alumnus pesantren yang dikelolanya. Nasihat itu dia sampaikan dalam acara pelantikan pengurus Jilus Tis’inat atau kumpulan alumnus Gontor angkatan 90-an pada Ahad 7/3. Forum ini terdiri dari 11 angkatan mulai dari angkatan 1990 sampai dengan angkatan 1999 akhir. Dengan demikian, secara resmi Forum Jiilut Tis’iinaat dikukuhkan sebagai organisasi di bawah Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern PP IKPM. Kiai Hasan mengibaratkan dirinya seperti seorang kakek yang sedang bercerita dengan cucunya. Kakek itu senang bercerita, tapi akan lebih senang lagi kalau yang diajak cerita itu mau mendengarkan, mengerti, mau mengerti, cocok dan bisa mengimbangi. “Alumni Gontor generasi tahun 1990-an adalah orang yang bias mengimbangi cerita kakek ini,” kata putra pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor KH Ahmad Sahal ini. Pertama, Gontor adalah “tarbiyah lil-hayah”, pendidikan untuk kehidupan. Inilah saatnya, kata Pak Kiai Hasan, anak-anak Gontor terus mengamalkan ajaran-ajaran Pondok di masyarakat. “Gontor telah memberikan anyaman, dan juga telah menganyam diri kalian. Gabungan dari anyaman Gontor dan anyaman diri kalian itulah yang mewujud dalam diri kalian sekarang ini, “ujarnya. “Anyamlah diri kalian untuk menjadi orang-orang yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri kalian, tetapi untuk masyarakat,” tambahnya. Kedua, Gontor tidak hanya mengajarkan “ta’limul muta’allim”, bagaimana seorang santri menghargai ilmu dan gurunya, tetapi juga “ta’limul mu’allim”, bagaimana alumni Gontor mampu mentransfer nilai-nilai Gontor kepada masyarakat. Yakni untuk menjadi “mundzirul qaum”, penyeru, pengingat kebaikan dari masyarakat. “Ukurlah dirimu, sesuai kemampuanmu, sesuai kapasitasmu. Halakamru’un man lam yandzur wajhahu fil mir’ah, halakamru’un man lam ya’rif qadrahu’. Celakalah orang-orang yang tidak tahu kapasitas dirinya sendiri,” jelas Kiai Hasan. Ketiga, alumni Gontor harus menjadi dirinya sendiri, dan percaya dengan kemampuanmu. “Jangan jadi orang yang rendah diri, dan jangan pula jadi orang yang GR Gede Rumongso. Kalau kamu jadi orang yang GR Gede Rumongso, maka kamu akan menjadi RG Rai Gedek,” jelasnya. Akbar Zainudin, Alumni Gontor angkatan 1991, yang dilantik sebagai Presiden Forum Jiilut Tis’iinat dalam sambutannya mengatakan bahwa forum ini adalah untuk memaksimalkan potensi dan sumber daya anggota secara maksimal. “Forum ini juga didirikan sebagai sarana silaturahim, networking, sharing, dan menyebarkan informasi dari Pondok Modern Gontor dan IKPM yang cabangnya tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya. Sebagai organisasi baru, menurut Akbar, program kerja yang ada di depan mata adalah menyusun AD/ART organisasi, membuat basis data anggota, dan berbagai program pemberdayaan untuk anggota. Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Umum PP IKPM, KH Drs Ismail Budi Prasetiyo mengarahkan, Forum Jiilut Tis’iinaat ini lahir dari IKPM, semua anggotanya juga anggota IKPM, karena itulah AD/ART organisasi tidak boleh menyimpang dari AD/ART IKPM. Karena itulah, pengurus Forum Jiilut Tis’iinaat harus membaca AD/ART IKPM sebelum membentuk AD/ART organisasi. Ustadz Ismail juga berpesan agar terjalin koordinasi dengan IKPM setempat, baik di dalam maupun luar negeri pada saat mengadakan acara. “Forum Jiilut Tis’iinaat harus mampu menguatkan organisasi induknya, yaitu IKPM,” jelasnya.
kata kata hikmah kyai gontor